logotype
  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
logotype
  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
logotype

logotype

  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
Penyakit Udang
Home Archive by Category "Disease"

Kategori: Penyakit Udang

06Feb
Penyakit Udang

11 Jenis Penyakit Udang yang Sering Terjadi Selama Budidaya

Penyakit udang menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan yang harus diatasi selama budidaya. Terlebih lagi, penyakit-penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian massal yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dan penurunan produksi.

Jenis penyakit udang disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi. Mulai dari patogen, kondisi lingkungan yang buruk, manajemen pengelolaan tambak yang buruk, hingga udang menjadi carrier dari udang yang sebelumnya telah terjangkit penyakit.

Lantas, apa saja jenis penyakit udang yang seringkali ditemui saat budidaya? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Kenali Ancaman Nitrit pada Tambak Udang dan Cara Mengatasinya

Faktor Penyebab Penyakit Udang Vaname

1. Patogen

Penyebab penyakit udang vaname yang paling umum ditemui adalah virus, bakteri, jamur, dan parasit. Beberapa contoh penyakit pada udang yang disebabkan oleh patogen di antaranya adalah White Spot Syndrom Virus (WSSV), Early Mortality Syndrom (EMS), Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), Taura Syndrom Virus (TSV), dan Vibriosis.

Penyebaran penyakit akibat patogen pada udang ini dapat ditularkan melalui air, pakan, atau peralatan yang terkontaminasi dan dapat menyebar dengan cepat di dalam tambak.

2. Kondisi Lingkungan yang Buruk

Kondisi lingkungan secara langsung juga menjadi faktor penyebab terjadinya wabah penyakit pada udang. Kualitas air yang buruk, tingkat polutan yang tinggi, dan oksigen terlarut yang rendah dapat membuat udang lebih rentan terhadap serangan penyakit.

Tak hanya itu, kondisi stres seperti perubahan suhu atau salinitas yang drastis dan tiba-tiba juga dapat meningkatkan risiko udang terserang penyakit.

3. Praktik Manajemen Pengelolaan Tambak yang Buruk

Manajemen pengelolaan tambak yang buruk menjadi faktor pemicu munculnya penyakit udang yang selanjutnya. Manajemen pengelolaan ini termasuk di dalamnya manajemen pakan, manajemen kualitas air, manajemen kesehatan udang, manajemen limbah budaya dan biosekuriti.

Keseluruhan manajemen pengelolaan tambak ini harus bersinergi dan dipraktikkan dengan baik. Sebab, apabila da salah satu saja yang kurang, akan berdampak langsung pada udang sekaligus meningkatkan potensi udang terserang penyakit.

4. Impor Udang yang Sudah Terinfeksi

Indonesia banyak mengambil benur udang dari negara lain, misalnya Amerika Serikat. Namun, sebelum benur yang diimpor ini dibudidayakan, terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan kualitas benur untuk memastikan benur tidak terserang penyakit atau menjadi carier.

Benur impor yang sudah terlanjur terinfeksi dapat menjadi carier untuk benur-benur lain di dalam kolam yang sama. Hal ini membuat penyebaran penyakit menjadi lebih cepat dan masif.

Baca Juga: Kenali Covert Mortality Nodavirus (CMNV) yang Dapat Menyerang Udang Vaname

Types of Shrimp Diseases That Often Infect

1. White Spot Syndrom Virus (WSS)

White spote disease atau penyakit bintik putih adalah salah satu penyakit pada udang vaname yang sangat menular dan mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang berasal dari kelompok krustasea. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat memicu infeksi penyakit bintik putih.

Gejala awal penyakit bintik putih terlihat dari munculnya bintik putih yang disertai kemerahan pada tubuh udang. Lama-kelamaan, udang yang terserang penyakit ini akan meninggal secara perlahan. Sebab, penyakit ini menyebabkan udang kehilangan nafsu makan dan lama-kelamaan akan mati.

2. Early Mortality Syndrom (EMS)

Early Mortality Syndrome (EMS), also known as Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), is a disease that attacks pond shrimp and is characterized by sudden death, loss of appetite, and abnormal swimming behaviour.

Jenis penyakit udang ini menjadi yang paling menakutkan bagi para petambak. Pasalnya, tingkat kematian akibat dari penyakit EMS bisa mencapai hingga 100% dari populasi.

3. Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)

Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus merupakan jenis penyakit udang yang disebabkan oleh virus yang mengakibatkan udang mengalami kecacatan di bagian perut dan moncong.

Shrimp infected with IHHNV will show signs of swimming behaviour to the surface of the water, then remain motionless and eventually sink to the bottom of the pond. This behavior will continue until the shrimp die.

4. Taura Syndrom Virus (TSV)

Taura Syndrom Virus merupakan jenis penyakit udang yang pertama kali muncul di Sungai Taura, Ecuador. Sementara itu transmisinya dapat terjadi melalui air dan kontak langsung antar udang atau krustasea lainnya yang menjadi carrier dari virus TSV.

Hingga saat ini penyakit udang Taura Syndrom Virus penyebarannya hanya di wilayah Colombia, Peru, Brazil, Hawaii, Texas, dan Florida. Sementara di Asia belum terdeteksi adanya udang yang terjangkit virus ini.

5. Vibriosis

Vibriosis adalah jenis penyakit udang yang disebabkan oleh serangan dari bakteri Vibrio sp. Saat udang terinfeksi penyakit vibriosis, akan muncul gejala berupa kulit udang yang menjadi tipis, terdapat luka hitam di tubuh, dan ditemukannya anggota tubuh udang yang tidak lengkap.

Penyakit vibriosis tak kalah mematikan dari jenis penyakit lainnya yang ditemui pada udang. Bahkan, tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mencapai 85% dari populasi.

6. White Feces Disease

White Feces Disease atau yang disebut juga sebagai penyakit berak putih pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 2014. Jenis penyakit ini menyebabkan kematian hingga 40% dari total populasi tambak intensif udang vannamei.

Gejala yang ditimbulkan oleh udang yang terserang White Feces Disease ini meliputi penurunan nafsu makan, usus udang mengalami perubahan warna menjadi putih, dan bahkan terlihat kosong karena kurangnya asupan makanan, pertumbuhan udang yang tidak normal, dan terdapat kotoran yang melayang di permukaan air.

7. Infectious Myonecrosis Virus (Myo/IMNV)

Infectious Myobecrosis Virus (IMNV) atau Myo pada udang vaname merupakan jenis penyakit udang yang dapat menyebabkan kematian massal. Gejala udang terinfeksi penyakit ini adalah memerahnya bagian ruas bawah sampai ekor udang. Kemudian secara perlahan, udang akan mati dan tenggelam di dasar tambak.

Penyakit Myo disebabkan oleh virus jenis RNA (Ribonuclereic Acid) dan tergolong ganas karena menyebabkan kematian massl dalam waktu yang singkat pada saat udang berumur 60-80 hari.

8. Insang Hitam

Penyakit insang hitam apda udang vaname disebabkan oleh genus Fusarium atau jamur. Selain jamur, Ciliates juga dapat menyebabkan sindrom insang hitam atau black gill.

Insang hitam menyebabkan insang yang berwarna normal menjadi gelap sebagai respons terhadap keberadan ciliates yang menjadi agen penyebab utama melanisasi insang dan mengakibatkan kerusakan pada permukaan alat pernapasan.

Warna insang udang normal berwarna putih kusam. Pada tahap awal penyakit insang hitam, terjadi bercak hitam pada insang. Tanda eksternal uang yang terinfeksi parah menunjukkan insang berwarna hitam bila dibandingkan dengan yang normal.

Seluruh insang menjadi berwarna hitam, dan beberapa di antaranya berwarna coklat, yang merupakan tahap awal infeksi insang hitam. Lamela insang udang yang terinfeksi insang hitam menunjukkan adanya spora jamur.

9. Bintik Hitam

Di tubuh udang dapat terbentuk bintik-bintik berwarna hitam yang dikenal sebagai black spot. Karapas udang biasanya berwarna coklat dan dapat menunjukkan bercak atau bintik hitam. Bintik hitam ini biasanya muncul setelah udang dipanen, menjadi tanda penurunan kualitas udang.

Penyebabnya adalah bakteri bernama Vibrio anguillarum, yang berkembang di perairan asin pada suhu antara 25 hingga 32 derajat Celsius. Bakteri ini umumnya ditemukan di lingkungan tambak dan tidak menyebabkan penyakit jika konsentrasinya tetap terkendali.

Namun, bakteri Vibrio dapat menjadi berbahaya ketika kualitas air di tambak memburuk, terutama karena penumpukan sisa pakan organik di dasar tambak. Penurunan kualitas tambak dapat memicu pertumbuhan bakteri Vibrio. Selain itu, sinar matahari yang langsung mengenai udang pasca panen juga dapat mempercepat munculnya bintik hitam pada udang.

Untuk mencegah hal ini, para pembudidaya dapat membersihkan secara rutin dasar tambak dari kotoran, termasuk sisa pakan dan sisa moulting. Mereka juga harus menjaga kualitas air dengan memperhatikan jumlah plankton, meningkatkan oksigen terlarut, memberikan mineral yang cukup, dan mengelola pemberian pakan agar tidak terjadi overfeeding yang dapat membuat dasar tambak menjadi kotor.

10. Kepala Kuning

Penyakit kepala kuning meningkatkan tingkat kematian hingga 100% dalam rentang waktu 3 hingga 5 hari setelah terinfeksi. Faktor pemicunya adalah perubahan pH dan DO yang tiba-tiba. Gejala klinis biasanya timbul setelah 2-4 hari terinfeksi, dengan kematian terjadi dalam 3 hingga 5 hari.

Like WSSV disease, this disease is classified as a category C-1 pathogenic virus. Clinical symptoms of the yellow head disease include increased shrimp appetite followed by a drastic decrease until the late stages of the disease, changes in the colour of the shrimp tail to reddish with a yellowish head, and paleness or brownish colouration in the gills.

Tanda-tanda ini mungkin tidak selalu terlihat pada udang yang terinfeksi, oleh karena itu, diagnosa yang akurat memerlukan pewarnaan insang dan pemeriksaan hemolimfa, serta dapat dikonfirmasi lebih lanjut melalui RT-PCR.

11. Enterocyotozoon hepatopenaei (EHP)

Enterocytozoon hepatopenasei (EHP), atau dikenal juga sebagai penyakit EHP pada udang, merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit microsporidia. Parasit ini mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat.

Penyakit EHP pada udang pertama kali terdeteksi pada tahun 2004 di Thailand pada udang windu yang dibudidayakan. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2015.

Meskipun penyakit EHP tidak secara langsung menyebabkan kematian pada udang, namun dampaknya terasa melalui penurunan laju pertumbuhan udang selama masa budidaya. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan ukuran udang yang signifikan dalam satu kolam budidaya.

Baca Juga: Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Kelola Tambak Udang Bebas Penyakit Bersama DELOS!

Berbagai jenis penyakit udang dapat menyebabkan kematian massal yang berdampak pada kerugian produksi yang harus diderita oleh petambak. Di sini lah manajemen operasional tambak yang baik memegang peran kunci dalam pencegahan maupun mitigasi.

Namun, anda tak perlu khawatir sebab DELOS hadir untuk membantu anda mengelola tambak udang yang anda miliki. DELOS merupakan perusahaan aqua-tech berbasis sains, teknologi, dan manajemen operasional terbaik ydengan tim yang terdiri dari top 99 terbaik di Indonesia.

DELOS pond management is also integrated with AquaHero, making it easier for farm owners and farm personnel to monitor the condition of shrimp ponds every day in real-time based on uploaded data.

To connect with the DELOS Team, you only need to send an email via contact@delosaqua.com or submit your questions via our website contact column at www.delosaqua.com. Choose DELOS to accompany your shrimp farming!

Read More
30Nov
Penyakit Udang

Types of Bacterial Diseases in Shrimp

Penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri dapat menjadi ancaman yang besar bagi petambak. Akhir-akhir ini, penyakit ini menyerang tambak udang, menjadi faktor signifikan dari berkurangnya produksi udang dan menyebabkan kerugian ekonomi.

The budidaya udang industry plays a crucial role in meeting global seafood demands rich in protein, essential amino acids, and micronutrients. Consequently, producers continually innovate to develop this industry, such as implementing high-density stocking like in super-intensive culture systems.

However, this innovation comes with increased risks of infections and shrimp disease outbreaks. This necessitates constant vigilance for shrimp farmers and the entire vannamei shrimp aquaculture industry.

After discussing viral shrimp diseases previously, this article will delve further into bacterial-induced shrimp diseases.

Baca Juga: Probiotik Udang Vaname dan Manfaatnya untuk Budidaya

Types of Shrimp Diseases Caused by Bacteria

1. Vibriosis

Vibriosis is a shrimp disease caused by Vibrio bacteria and can cause high mortality rates worldwide. Vibrio bacterial infections can occur from the hatchery to the grow-out ponds. Typically, the introduction of Vibrio bacteria into grow-out ponds occurs due to environmental factors, often carried by carrier animals. Shrimp gills are the most vulnerable area due to their thin exoskeleton covering.

Vibrio harveyi is the bacterium most frequently causing mass mortality in a relatively short period. It attacks shrimp larvae at zoea, mysis, and post-larval stages.

Shrimp diseases resulting from Vibrio infections include loose shell syndrome (LSS) and white gut disease (WGD). Both diseases can cause massive mortality during shrimp farming.

2. AHPND

The second bacterial shrimp disease is AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease) caused by an infection from Vibrio parahaemolyticus bacteria capable of producing toxins leading to shrimp mortality rates of up to 100%. 

Deaths due to AHPND occur within 40 days after stocking in ponds. Shrimp affected by this disease exhibit empty digestive tracts, pale and shriveled hepatopancreas, soft skin, and black spots on the hepatopancreas. Typically, deaths occur around the 10th day after stocking, and weakened shrimp sink to the pond bottom before dying.

3. White Feces Disease (WFD)

Another bacterial shrimp disease is White Feces Disease (WFD), resulting from declining water quality and accumulated feed residues in ponds, leading to the formation of organic compounds. It is characterized by long white feces in the ponds. Its effects on shrimp include skin shedding and the presence of worm-like parasites in the intestines, reducing feed efficiency, inhibiting shrimp growth, and significantly decreasing survival rates.

4. Black Spot Disease

Black Spot Disease caused by Vibrio anguillarum can spread in aquatic environments. This disease results in black and brown spots on the shells of affected shrimp. Contributing factors include poor water quality and the accumulation of organic feed residues at the pond bottom. Typically, this disease occurs post-harvest.

Baca Juga: Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Sources of Bacterial Diseases in Shrimp

1. Environment

The environment can trigger the emergence of bacterial diseases in shrimp. Environmental factors encompass various parameters of pond water quality where shrimp live. The most influential water quality parameters are organic material content and temperature.

Research conducted by the Fisheries Research Institute has proven that organic material significantly affects the increased population rate of Vibrio harveyi bacteria. Rich and high organic content water often originates from waste.

Bacteria are generally fluctuating and can infect and cause shrimp deaths in poor water quality conditions. To mitigate this, practices such as pond draining and efficient feed provision are essential.

Additionally, water temperature significantly affects shrimp metabolism. Normal metabolic processes occur when the water temperature is optimal. Below-optimal temperatures induce stress and worsen shrimp health.

2. Broodstock Contamination

Bacterial diseases in shrimp can horizontally transmit from broodstock to larvae. Infected broodstock releases tissue and ovary fluids together with eggs, allowing pathogens in the fluid to adhere to the eggs. When the eggs hatch into larvae, they become infected with the pathogen. If these larvae are cultivated, their survival rates decrease due to disease susceptibility.

Control and Prevention Measures

1. Effective Environmental Management

To prevent bacterial diseases in shrimp, maintaining good pond environmental management is crucial. This includes ensuring all water quality parameters are at optimal levels.

2. Hygienic Farming Equipment Maintenance

During shrimp farming, avoid using the same farming equipment between ponds. Using the same equipment interchangeably can spread bacterial contamination to other farming ponds.

3. Proper Feed Management

Bacterial accumulation in ponds is often due to poorly processed organic waste from uneaten feed settling at the pond’s bottom. Therefore, controlling shrimp feed provision is crucial.

4. Routine Monitoring

Regular checks are essential in preventing bacterial-induced shrimp diseases. Routine monitoring, usually done through PCR testing at specific stages of the shrimp, helps identify fluctuations in water quality.

Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memulai Usaha Tambak Udang

Perform Routine Shrimp Health Checks with AquaCheck!

Routine shrimp health checks can be a preventative step against bacterial-induced shrimp diseases. Regular PCR tests help prevent widespread shrimp diseases, averting more significant losses.

For those seeking shrimp PCR facilities, consider AquaCheck! AquaCheck is DELOS’s PCR testing service, assisting in detecting up to five pathogens simultaneously at an affordable price.

Moreover, AquaCheck can detect various samples universally, including larvae, shrimp, sediment, water, and other potential pathogen carriers in ponds.

Contact DELOS at contact@delosaqua.com or submit inquiries through our website’s contact column at www.delosaqua.com. Check your shrimp’s health condition with AquaCheck!

Read More
18Nov
Penyakit Udang

Bahaya Penyakit Udang yang Disebabkan oleh Virus

Penyakit udang yang disebabkan oleh virus menjadi momok menakutkan yang menghantui para petambak dan dapat menginfeksi kapanpun.

Sebagai salah satu komoditas perikanan dengan tingkat permintaan tertinggi di dunia. Dari tahun ke tahun, permintaan terhadap udang selalu meningkat. Namun, industri ini sering kali dihadapkan pada ancaman penyakit yang disebabkan oleh virus.

Apa saja penyakit-penyakit tersebut? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!

Baca Juga: Cara Tebar Benur Udang Vaname yang Benar dan Lengkap!

Ancaman Penyakit Udang yang Disebabkan oleh Virus

Penyakit udang yang disebabkan oleh virus dapat menjadi ancaman serius bagi industri perikanan. Virus-virus ini menyebar dengan cepat di antara populasi udang yang padat, seperti yang sering terjadi di tambak atau peternakan udang. Faktor-faktor lingkungan seperti kualitas air, kepadatan populasi, dan kondisi sanitasi yang buruk dapat memicu penyebaran penyakit ini dengan cepat.

Jenis-jenis Penyakit Udang yang Disebabkan oleh Virus

1. Taura Syndrome Virus (TSV)

TSV adalah salah satu virus yang paling merusak dalam industri udang. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti penurunan nafsu makan, warna tubuh yang tidak normal, dan akhirnya kematian mendadak pada udang yang terinfeksi. TSV telah menyebabkan kerugian yang besar dalam industri udang di berbagai belahan dunia.

2. White Spot Syndrome Virus (WSSV)

WSSV menyebabkan gejala bintik-bintik putih pada tubuh udang. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. WSSV menjadi penyebab utama dari kegagalan panen udang di banyak tambak udang.

3. Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)

IHHNV mengganggu sistem pernapasan udang dan menyebabkan perubahan warna tubuh serta berkurangnya pertumbuhan udang. Meskipun jarang menyebabkan kematian, virus ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan karena menghambat pertumbuhan udang.

4. Yellow Head Virus (YHV)

YHV menyebabkan perubahan warna kepala udang menjadi kuning dan kemudian menyebabkan kematian. Penyakit ini memiliki tingkat keparahan yang tinggi dan dapat menyebar dengan cepat di antara populasi udang.

5. Decapod Iridescent Virus 1 (DIV1)

DIV1 adalah virus yang menyerang berbagai jenis udang. Penyakit ini menyebabkan perubahan warna pada tubuh udang menjadi iridescent atau berkilau dan seringkali menyebabkan kematian pada udang yang terinfeksi.

Dampak Penyakit Udang Akibat Virus

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus pada udang memiliki dampak yang merugikan pada industri akuakultur. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kematian massal udang, penurunan produksi, dan kegagalan panen telah menjadi masalah serius bagi para peternak udang.

Selain itu, penyakit ini juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Kematian massal udang yang terinfeksi virus dapat meningkatkan tingkat polusi di lingkungan perairan dan mengancam keberlanjutan lingkungan.

Baca Juga: Strategi Mengendalikan Amonia di Tambak Udang Vaname

Upaya Pengendalian dan Pencegahan

Para ahli dan peternak udang terus melakukan upaya pengendalian dan pencegahan untuk mengurangi dampak penyakit virus pada udang. Beberapa langkah yang dilakukan meliputi:

1. Penerapan Praktik Budidaya yang Baik

Salah satu pendekatan utama dalam pengendalian penyakit virus pada udang adalah dengan menerapkan praktik budidaya yang baik. Hal ini mencakup dalam pengelolaan kualitas air, kebersihan tambak, dan seleksi benih udang yang sehat.

2. Vaksinasi dan Pengobatan

Pengembangan vaksin menjadi salah satu strategi penting dalam upaya pencegahan penyakit virus pada udang. Selain vaksinasi, penggunaan obat-obatan yang tepat juga menjadi pilihan untuk mengatasi infeksi virus pada udang. Pengobatan yang diberikan harus sesuai dengan standar keamanan pangan dan tidak membahayakan.

3. Isolasi dan Karantina

Penerapan praktik isolasi dan karantina merupakan langkah krusial dalam mencegah penyebaran virus di antara populasi udang. Udang yang terinfeksi harus segera diisolasi dan dipindahkan dari populasi utama untuk mencegah penularan ke udang yang sehat.

4. Pengawasan dan Monitoring Rutin

Pengawasan dan pemantauan rutin terhadap kesehatan udang menjadi bagian penting dalam strategi pengendalian penyakit. Anda dapat melakukan uji PCR rutin pada DOC tertentu. Pemeriksaan berkala dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya gejala penyakit atau infeksi virus. Identifikasi cepat memungkinkan tindakan yang tepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

5. Edukasi dan Pelatihan

Pengetahuan yang ditingkatkan tentang penyakit virus pada udang serta praktik-praktik pengendalian yang tepat harus disosialisasikan kepada petambak dan para pelaku budidaya udang lainnya.

Baca Juga: Kenali Penyakit EHP Udang dan Cara Pencegahannya

Lakukan Pengecekan Kesehatan Rutin Udang Anda dengan AquaCheck!

Melakukan pengecekan kesehatan rutin menjadi salah satu keharusan sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus pada udang vaname. Sebab, dengan uji PCR rutin, Anda bisa mencegah penyakit udang sebelum menyebar luas dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Untuk Anda yang tengah mencari fasilitas PCR udang, Anda bisa mendapatkannya di AquaCheck! AquaCheck merupakan layanan uji PCR dari DELOS untuk membantu Anda dalam mendeteksi hingga lima patogen sekaligus dengan harga terjangkau.

Selain itu, AquaCheck juga mampu mendeteksi sampel yang universal. Mulai dari benur, udang, lumpur, air, hingga hewan lain yang diduga menjadi carrier patogen di tambak.

Hubungi DELOS di contact@delosaqua.com atau submit pertanyaan Anda melalui kolom kontak website kami di www.delosaqua.com. Cek kondisi kesehatan udang Anda bersama AquaCheck!

Read More
07Nov
Penyakit Udang

Kenali Penyakit EHP Udang dan Cara Pencegahannya

Penyakit EHP udang menjadi salah satu momok menakutkan yang menghantui para petambak. Sebab, penyakit ini membuat udang tidak dapat tumbuh besar meski sudah memasuki waktu panen, sehingga berdampak pada keuntungan yang didapatkan oleh para petambak.

EHP atau Enterocytozoon hepatopenaseiadalah penyakit yang disebabkan oleh parasit microsporidia yang menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan udang. Hal ini menyebabkan ukuran udang yang tidak seragam dalam satu kolam yang sama.

Lantas, seperti apa gejala penyakit EHP pada Udang dan bagaimana cara pengendaliannya? Simak selengkapnya dalam artikel ini!

Baca Juga: Mengenal PCR Udang, Solusi Identifikasi Penyakit Sejak Dini

Apa itu Penyakit EHP Udang?

penyakit ehp pada udang
Sumber: biochain.vn

Enterocytozoon hepatopenasei atau penyakit EHP pada udang adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit microsporidia yang menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan udang.

Penyakit EHP udang pertama kali ditemukan pada tahun 2004, tepatnya pada udang windu yang dibudidayakan di Thailand. Sementara di Indonesia, penyakit ini dilaporkan pertama kali menginfeksi pada tahun 2015.

EHP pada udang tidak berpengaruh secara langsung terhadap mortalitas udang, tetapi penyakit ini dapat menghambat pertumbuhan udang selama budidaya, sehingga bisa menyebabkan adanya perbedaan ukuran udang dalam satu kolam budidaya.

Gejala Penyakit EHP pada Udang

Mengingat bagaimana bahayanya penyakit EHP, Anda harus selalu memperhatikan gejala yang timbul agar dapat segera dilakukan penanganan. Berikut adalah gejala-gejala yang harus Anda waspadai:

  1. Pertumbuhan udang menjadi sangat lambat dan keluar kotoran putih dari udang yang terinfeksi (White Feces Syndrome)
  2. Udang menjadi tidak nafsu makan
  3. Sel epitel tubulus hepatopankreas udang menunjukkan adanya basofilik, inklusi sitoplasma (sporokista mikrosporidian)
  4. Cangkang udang melunak
  5. Tepatopankreas dan usus tengah udang menjadi kosong

EHP udang juga dapat ditularkan secara horizontal melalui kanibalisme sesama udang dan melalui spora EHP yang dilepaskan ke dalam air melalui perantara feses udang yang terinfeksi.

Jika udang di tambak Anda mengalami gejala di atas, segera lakukan mitigasi dan uji PCR untuk memastikan apakah udang Anda benar-benar mengalami EHP atau bahkan penyakit udang lainnya.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mencegah Persebaran Penyakit di Tambak

Cara Mencegah Infeksi Penyakit EHP Udang

Untuk mencegah terjadinya kasus EHP di tambak udang, Anda dapat menempuh beberapa cara berikut ini:

1. Karantina dan Pengawasan

Jika penyakit EHP sudah menginfeksi tambak Anda, segera pisahkan udang yang terinfeksi dengan udang yang sehat untuk mencegah penyakit menyebar lebih luas.

Selalu amati setiap terjadi adanya perubahan gejala, seperti warna tubuh yang berubah, pertumbuhan dan nafsu makan yang tidak normal.

2. Melakukan Pergantian Air Secara Rutin

Jumlah kasus EHP meningkat seiring dengan umur budidaya. Sistem budidaya akan mempengaruhi keberadaan EHP. Tambak dengan pola ganti air yang cukup banyak dan melakukan pengurangan limbah dasar kolam mengalami kejadian EHP yang rendah.

Kondisi kualitas air juga terkait dengan munculnya infeksi patogen yang berdampak pada kasus kematian udang. Sebab, metabolisme, imunitas, dan fisiologis udang dipengaruhi oleh lingkungannya.

3. Pemberian Pakan Berkualitas

Pastikan pakan yang diberikan berkualitas tinggi dan aman dari kontaminasi mikrosporidia. Hindari memberi pakan yang rusak atau yang belum terjamin kebersihannya.

4. Pengelolaan Lingkungan

Pastikan lingkungan tempat udang dibudidayakan selalu dalam kondisi yang baik. Termasuk parameter-parameter kualitas air, seperti suhu, salinitas, dan oksigen terlarut selalu berada di angka yang optimal.

5. Konsultasikan dengan Ahli Terkait

Jika udang Anda mengalami gejala penyakit tertentu, segera konsultasikan dengan ahli penyakit udang sebelum terlambat. Anda juga dapat melakukan tes PCR rutin terhadap udang Anda. Terutama saat DOC 20, DOC 40, dan DOC 60 di mana dinamika tambak mulai terjadi.

Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit IHHNV Pada Udang Vaname dan Cara Pencegahannya

Uji Penyakit Udang Anda dengan AquaCheck!

Melakukan uji PCR secara rutin menjadi suatu keharusan bagi Anda yang menginginkan hasil panen yang maksimal. Sebab, dengan uji PCR rutin, Anda bisa mencegah penyakit udang sebelum menyebar luas dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Untuk Anda yang tengah mencari fasilitas PCR udang, Anda bisa mendapatkannya di AquaCheck! AquaCheck merupakan layanan uji PCR dari DELOS untuk membantu Anda dalam mendeteksi hingga lima patogen sekaligus dengan harga terjangkau.

Selain itu, AquaCheck juga mampu mendeteksi sampel yang universal. Mulai dari benur, udang, lumpur, air, hingga hewan lain yang diduga menjadi carrier patogen di tambak.

Hubungi DELOS di contact@delosaqua.com atau submit pertanyaan Anda melalui kolom kontak website kami di www.delosaqua.com. Cek kondisi kesehatan udang Anda bersama AquaCheck!

Read More
31Agu
Penyakit Udang

Mengenal PCR Udang, Solusi Identifikasi Penyakit Sejak Dini

PCR udang menjadi salah satu inovasi terkini yang terus dikembangkan untuk menghadapi berbagai ancaman penyakit udang. Sebab, kemunculan penyakit sendiri dapat memberikan dampak merosotnya produktivitas dan kerugian ekonomi yang besar.

Misalnya saja pada tahun 2018, Thailand dan Vietnam menjadi dua negara pengekspor udang terbesar di Asia Tenggara yang mengalami penurunan jumlah ekspor akibat infeksi penyakit Early Mortality Syndrome (EHP).

Oleh karena itu, penting bagi petambak melakukan pengecekan penyakit sejak dini untuk menghindari dampak kerugian yang lebih besar. Salah satunya adalah dengan identifikasi keberadaan materi genetik DNA atau RNA dari virus, bakteri, jamur dan parasit yang menginfeksi udang tanpa menunggu kemunculan dari gejala penyakit dengan uji PCR (Polymerase Chain Reaction).

Baca Juga: Kenali 7 Ciri-Ciri Penyakit AHPND Pada Udang Vaname Sebelum Terlambat

Apa Itu Polymerase Chain Reaction (PCR)?

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah analisa keberadaan dari materi genetik (DNA dan RNA) suatu organisme. Dengan PCR dapat mengidentifikasi keberadaan virus, bakteri, dan parasit mikro yang menjadi penyebab dari penyakit udang walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit (10 cetakan virus atau bakteri).

Prinsip kerja PCR adalah memutusan untai ganda DNA dan mentargetkan “spesific region” sesuai dengan target identifikasi dan selanjutnya terjadi penggandaan pada target DNA tersebut sampai pada waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, dengan menggunakan PCR, kita dapat menganalisa keberadaan berbagai macam jenis penyakit pada satu jenis sampel yang sama Pada lingkungan budidaya udang, kita dapat menggunakan PCR untuk melihat keberadaan penyakit pada udang, air kolam, lumpur, pakan alami, pakan buatan dan biota liar yang kemungkinan bisa menjadi pembawa untuk penyakit tersebut.

Uji PCR udang biasanya dilakukan di laboratorium dengan menggunakan sampel yang telah disiapkan oleh para petambak. Biasanya, sampel ini dapat berupa udang utuh atau sampel organ berupa kaki renang (pleopod), hemolimfa, atau hepatopankreas, stomach, dan ephitel yang dimasukkan ke dalam alkohol 70-96% selama 24 jam sebelum dikirim.

Manfaat Uji PCR Udang

Uji PCR pada udang menjadi alat penting dalam mendeteksi adanya penyakit seperti IMNV, WSSV, IHHNV, EHP, dan sebagainya. Beberapa manfaat lain dari uji PCR di antaranya:

1. Deteksi Dini Penyakit

Salah satu manfaat utama dari uji PCR pada udang adalah kemampuannya untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal infeksi, bahkan sebelum gejala klinis muncul. Hal ini memungkinkan petambak untuk mengambil tindakan pencegahan dan pengendalian lebih awal, mengurangi risiko penyebaran penyakit ke populasi udang di tambak.

2. Keakuratan Tinggi

PCR udang memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi. Ini berarti pengecekan PCR mampu mengidentifikasi secara tepat jenis patogen penyebab penyakit tertentu dalam sampel udang. Hal ini juga membantu dalam menghindari false positif atau negatif yang dapat terjadi.

3. Identifikasi Jenis Patogen

Uji PCR juga dapat membantu mengidentifikasi jenis patogen yang menyebabkan penyakit pada udang. Informasi ini penting untuk merancang strategi pengendalian yang tepat, karena setiap patogen mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda untuk pencegahan dan penanganannya.

4. Pemantauan Persebaran Penyakit

Dengan melakukan uji PCR secara berkala pada udang, petambak dapat memantau penyebaran penyakit dengan lebih baik. Hasil uji PCR membantu petambak dalam pengambilan keputusan terkait isolasi dan pengendalian populasi yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas.

5. Pemilihan Bibit Unggul

Uji PCR juga dapat digunakan pada benur udang untuk mendapatkan bibit unggul yang tahan terhadap penyakit. Dengan melakukan tes PCR ini, petambak dapat memastikan benur yang akan ditebar memiliki resistensi terhadap patogen tertentu, sehingga meningkatkan peluang keberhasilan budidaya.

6. Pemantauan Kesehatan Lingkungan

Kehadiran patogen dalam sampel udang juga dapat memberikan petunjuk tentang kondisi kesehatan lingkungan di sekitar lokasi budidaya. Peningkatan kejadian munculnya penyakit dapat mengindikasikan adanya masalah dalam manajemen lingkungan, misalnya kualitas air yang buruk.

7. Penghematan Biaya

Meskipun uji PCR udang memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan metode deteksi lainnya, tetapi deteksi dini dan akurat dapat menghemat biaya jangka panjang dan menghindarkan dari kemungkinan kerugian di masa mendatang.

Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit IHHNV Pada Udang Vaname dan Cara Pencegahannya

Types of Shrimp PCR

Terdapat beberapa jenis uji PCR pada udang yang digunakan untuk mendeteksi patogen. Beberapa di antaranya:

1. Conventional PCR (cPCR)

Konvensional PCR adalah jenis PCR paling dasar di mana fragmen DNA target diperbanyak secara eksponensial menggunakan primer spesifik dan enzim DNA polimerase. Hasil akhirnya dapat dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa. cPCR digunakan untuk mendeteksi adanya DNA patogen penyebab penyakit pada udang.

2. Real-time PCR (qPCR)

qPCR adalah metode yang memungkinkan deteksi dan kuantifikasi DNA secara real-time selama reaksi amplifikasi. Teknik ini sangat sensitif dan dapat memberikan hasil dalam waktu nyata. qPCR sering digunakan untuk memantau tingkat infeksi patogen pada populasi untuk mengukur respons imun udang terhadap infeksi.

3. Reverse Transcription PCR (RT-PCR)

RT-PCR digunakan untuk mendeteksi dan mengamplifikasi RNA daripada DNA. Jenis uji PCR udang ini digunakan untuk menguji patogen yang berupa virus RNA. Metode ini melibatkan tahap pembalikan transkripsi (reverse transcription) RNA menjadi cDNA menggunakan enzim reverse transcriptase sebelum amplifikasi DNA dilakukan.

4. Insulated Isothermal PCR (iiPCR)

Prinsip pendeteksian penyakit udang melalui iiPCR mirip dengan metode PCR lainnya, tetapi metodenya berbeda dalam cara operasinya. Pada iiPCR, perbanyakan gen target terjadi pada suhu yang konstan, berbeda dengan PCR konvensional dan PCR real-time yang melibatkan tiga suhu yang berbeda dalam setiap siklus yang berulang.

Proses iiPCR memerlukan waktu yang lebih singkat dan hasilnya dapat segera diamati secara kualitatif pada layar iiPCR atau PCR Pockit. iiPCR mengindikasikan hasil positif ketika sinyal dari DNA virus dalam sampel melebihi 10 salinan.

5. Digital PCR

Digital PCR memisahkan sampel menjadi banyak komparetmen kecil dan melakukan amplifikasi DNA dalam masing-masing kompartemen secara independen. Uji PCR ini memungkinkan deteksi dan kuantifikasi presisi tunggal molekul target. Digital PCR memiliki sensitivitas tinggi dan cocok untuk sampel dan konsentrasi target yang sangat rendah.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mencegah Persebaran Penyakit di Tambak

Dapatkan Uji PCR Udang di AquaCheck!

Uji PCR udang memiliki peranan penting dalam budidaya. Terutama dalam hal pendeteksian penyakit sejak dini agar budidaya yang Anda lakukan tidak mengalami kerugian akibat serangan penyakit.

Untuk Anda yang tengah mencari fasilitas PCR udang, Anda bisa mendapatkannya di AquaCheck!

AquaCheck adalah layanan uji PCR dari DELOS untuk membantu Anda dalam mendeteksi hingga lima patogen sekaligus dengan harga terjangkau melalui sampel benur, udang, lumpur, dan air tambak. Dengan AquaCheck, Anda dapat mencapai hasil budidaya udang yang maksimal.

Hubungi DELOS di contact@delosaqua.com atau submit pertanyaanmu melalui kolom kontak di website kami www.aquacheck.id. Cek kondisi kesehatan udang Anda bersama AquaCheck!

Read More
28Jul
Penyakit Udang

How to Prevent Disease Spread in Shrimp Farms?

Mengetahui cara mencegah persebaran penyakit di tambak udang menjadi salah satu hal yang harus dimiliki oleh petambak. Hal ini mengingat kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat serangan penyakit dapat sangat tinggi. 

Beberapa langkah yang dapat diterapkan oleh para petambak untuk mencegah penyebaran penyakit di antaranya adalah pemilihan benih yang bebas dari penyakit, pengendalian populasi udang, pengelolaan kualitas air, pemberian pakan serta feed additive yang tepat, dan pengaplikasian biosecurity yang ketat.

Selengkapnya, simak dalam artikel berikut ini!

Baca Juga: Mengenal Sampling dalam Budidaya Udang Beserta Manfaatnya

Cara Mencegah Persebaran Penyakit di Tambak

1. Pemilihan Benih Udang

Kualitas dari benih menjadi faktor penting dalam budidaya udang. Selain kualitas genetik, udang yang bebas dari penyakit menjadi salah satu syarat utama sebelum memulai pemeliharaan. Untuk memastikan benih yang akan digunakan terbebas dari penyakit, petambak bisa melakukan analisa mikroskopis dan uji PCR terhadap benih yang akan digunakan.

2. Pengendalian Populasi Udang

Overpopulasi di tambak udang dapat menyebabkan persaingan sumber daya dan stres pada udang, yang membuat udang lebih rentan terhadap infeksi penyakit. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan populasi udang di tambak dengan langkah-langkah seperti:

a. Penebaran Jumlah Benur Udang yang Tepat

Jangan mengisi tambak dengan udang terlalu padat. Pertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran tambak, kapasitas dukung lingkungan, dan teknologi budidaya yang digunakan sebelum menambahkan populasi udang.

b. Monitoring dan Pengujian

Lakukan pengawasan secara teratur dan uji laboratorium untuk mengidentifikasi potensi penyakit pada populasi udang. Jika ada tanda-tanda infeksi, langkah-langkah mitigasi dan penanganan harus diambil dengan segera untuk menghindari penyebaran lebih lanjut.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Stres pada Udang Vaname

3. Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air yang buruk dapat memicu stres pada udang dan dapat berakibat pada penurunan kekebalan tubuh, sehingga penularan penyakit menjadi lebih rentan. Oleh karena itu, mengelola kualitas air menjadi salah satu kunci dalam mencegah persebaran penyakit di tambak.

Beberapa hal yang dapat Anda lakukan dalam pengelolaan air tambak di antaranya adalah:

a. Pengecekan Rutin

Petambak harus melakukan pengukuran rutin terhadap parameter kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrat, nitrit, alkalinitas dan kesadahan. Pengecekan rutin ini dapat dilakukan dikolam budidaya dan kolam treatment. ata ini akan membantu mengidentifikasi perubahan yang mungkin mempengaruhi kesehatan udang.

b. Penyesuaian Parameter Kualitas Air

Berdasarkan hasil pengukuran, petambak harus mengambil tindakan untuk memperbaiki parameter kualitas air yang tidak optimal. Treatment yang dilakukan dapat disesuaikan dengan parameter kualitas air mana yang perlu dioptimasi.

4. Penggunaan Pakan dan Pemberian feed aditive yang Tepat

Kualitas pakan yang diberikan menjadi faktor penting untuk meningkatkan imunitas udang. Pakan dengan kualitas yang buruk dan tidak sesuai dengan kebutuhan dapat melemahkan kekebalan tubuh udang, sehingga udang akan lebih rentan terhadap penyakit. Petambak harus memastikan bahwa udang menerima pakan yang memiliki nilai nutris lengkap dan dapat mendukung pertumbuhan serta kekebalan tubuh udang.

Gunakan pakan yang bermutu tinggi dengan kandungan nutrisi yang sesuai untuk tahap perkembangan udang tertentu. Selain itu, kekebalan tubuh udang juga dapat disokong dari pemberian feed aditive yang tepat seperti immunostimulan dan probiotik. Jika terdapat tanda-tanda penyakit pada udang, konsultasikan dengan ahli akuakultur atau dokter hewan perikanan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat serta tindakan penanganan yang tepat untuk penyakit tersebut.

5. Pengaplikasian Biosekuriti yang Ketat

Aplikasi biosecurity menjadi hal yang paling penting dalam upaya untuk mencegah penyebaran penyakit di dalam tambak udang. Semua hal yang akan menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit baik dari dalam atau luar lingkungan tambak harus diminimalisasi.

a. Eksternal Biosecurity

Batasi akses orang asing ke tambak udang, dan pastikan semua peralatan tambak udang dan kendaraan yang masuk ke area tambak telah dibersihkan dan disterilkan dengan benar untuk menghindari penularan penyakit melalui kontaminasi luar.

b. Internal Biosecurity

Menjaga lingkungan budidaya dari masuknya hewan lain yang diduga sebagai carier atau pembawa penyakit. Selain itu, setiap pergantian kolam, semua pekerja harus melakukan desinfeksi pada tangan dan peralatan yang digunakan.

Baca Juga: Pentingnya Alkalinitas pada Tambak Udang, Cek Alkalinitas Anda Sekarang!

Cari Tahu dan Cegah Penyakit Udang Sejak Dini Bersama DELOS!

Penyakit udang menjadi salah satu hal yang paling merugikan dalam budidaya. Sebab, dampaknya dapat menyebabkan kematian udang secara massal dan berujung pada kerugian ekonomi akibat gagal panen.

Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk melakukan pencegahan persebaran penyakit sejak dini, yaitu dengan pemilihan benur, pengendalian populasi, pengelolaan kualitas air, penggunaan pakan dan aditif yang tepat, dan penerapan biosecurity yang ketat.

Jika muncul penyakit udang pada tambak Anda, segera konsultasikan pada DELOS. DELOS adalah aquatech startup yang siap membantu Anda menanggulangi penyakit yang terjadi di tambak.

Bersama Tim AquaHero yang andal dan berdedikasi tinggi, kami siap membantu Anda dalam mitigasi dan pencegahan terjadinya penyakit pada tambak Anda.

Hubungi delos melalui contact@delosaqua.com atau melalui WhatsApp yang ada di website kami www.delosaqua.com untuk dapat kan solusi atas penyakit udang Anda!

Read More
28Jun
Penyakit Udang

Kenali Gejala Penyakit IHHNV Pada Udang Vaname dan Cara Pencegahannya

Penyakit IHHNV atau Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus merupakan penyakit akibat infeksi virus yang menyerang udang vaname. Penyakit ini dapat menyebabkan udang menjadi kerdil dan cacat pada beberapa bagian tubuh udang.

Penyakit IHHNV dapat menyerang semua stadia hidup udang, mulai dari telur, larva, post larva, juvenile, hingga udang dewasa. Oleh karena itu, Anda harus berhati-hati dan segera melakukan mitigasi jika menemui udang dengan gejala IHHNV.

Namun, tak perlu khawatir, baca selengkapnya tentang gejala dan cara pencegahan penyakit IHHNV dalam artikel ini!

Baca Juga: Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Gejala Penyakit IHHNV pada Udang Vaname:

Penyakit IHHNV menginfeksi jaringan hipodermal dan hematopoietik pada udang vaname, seperti insang, epitel kutikula, jaringan ikat, organ limfoid, dan lain-lain. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Beberapa gejala umum IHHNV pada udang vaname di antaranya:

1. Nafsu Makan Berkurang

Udang vaname yang terinfeksi IHHNV menunjukkan penurunan nafsu makan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dan tingkat kelangsungan hidup udang yang buruk.

2. Perubahan Warna dan Kelainan Bentuk Tubuh

Udang yang terserang penyakit IHHNV dapat menunjukkan perubahan warna dan kelainan bentuk tubuh, yaitu pengerdilan pada beberapa bagian tubuh dan kelainan bentuk rostrum. Pada kondisi akut, kulit udang akan terlihat putih pucat, permukaan tubuhnya ditumbuhi bakteri atau jamur, serta terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, dan antena.

Baca Juga: Pentingnya Alkalinitas pada Tambak Udang, Cek Alkalinitas Anda Sekarang!

Cara Pencegahan IHHNV pada Udang Vaname

Ada beberapa strategi mitigasi yang dapat Anda gunakan untuk mengurangi dampak IHHNV terhadap populasi udang vaname di tambak Anda, yaitu:

1. Penerapan Biosekuriti yang Ketat

Menerapkan biosekuriti yang ketat seperti dengan desinfeksi kolam, air, dan peralatan, membatasi interaksi antara orang-orang dari luar tambak dengan kolam, serta menggunakan indukan dan juvenil yang bebas penyakit.

2. Lakukan Pendeteksian dan Pengobatan Sedini Mungkin

Pemantauan kondisi udang setiap hari secara teratur dapat membantu Anda mendeteksi jika terdapat gejala penyakit IHHNV, sehingga mitigasi dan pengobatan dapat segera dilakukan untuk menekan angka kerugian. Pengecekan penyakit secara molekuler menggunakan polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan secara berkala, baik sebelum tebar ataupun selama proses budidaya juga sangat membantu dalam deteksi dini penyakit IHHNV.

3. Terapkan Pengelolaan Kualitas Air yang Baik

Mempertahankan parameter kualitas air tetap optimal dengan pengelolaan yang baik juga dapat membantu Anda dalam mengurangi stres pada udang vaname sehingga udang tidak rentan terhadap penyakit.

4. Pilih Induk yang Tahan Penyakit

Memilih induk yang secara genetik resisten terhadap penyakit dapat membantu mengurangi risiko infeksi pada keturunannya, salah satunya adalah infeksi penyakit IHHNV. Pasalnya dalam beberapa kasus, induk udang dapat menurunkan penyakit secara langsung pada benur yang dihasilkan.

5. Lakukan Manajemen Pakan yang Baik

Manajemen pakan yang baik akan sangat membantu udang untuk memenuhi kebutuhan energinya. Udang yang kebutuhan energinya terpenuhi dengan baik akan lebih tahan terhadap stres lingkungan dan infeksi penyakit, serta tumbuh lebih cepat.

6. Lakukan Pemberian Imunostimulan dan Feed Additive

Pemberian imunostimulan dan feed additive, seperti β-glukan, probiotik, vitamin, dan lain-lain, juga dapat meningkatkan sistem imun udang sehingga menjadi tahan terhadap stres lingkungan dan infeksi virus.

Baca Juga: Kenali 7 Ciri-Ciri Penyakit AHPND Pada Udang Vaname Sebelum Terlambat

Cari Tahu Tentang Penyakit IHHNV dan Cara Penanganannya Bersama DELOS!

Penyakit IHHNV menjadi salah satu penyakit pada udang yang paling berbahaya karena dapat menyerang berbagai stadia hidup, mulai dari telur hingga udang dewasa. Oleh karena itu, selalu pantau kesehatan udang Anda secara rutin untuk mencegah semakin luasnya penyebaran penyakit.

Saat muncul gejala udang terserang penyakit IHHNV, sebaiknya segera konsultasikan dengan orang-orang yang telah ahli dalam penanganan penyakit ini. DELOS adalah salah satunya!

DELOS adalah aquatech startup yang siap untuk membantu Anda menanggulanginya. Dengan Tim Sains yang andal dan berdedikasi tinggi, kamu siap membantu Anda dalam mitigasi dan pencegahan terjadinya penyakit pada tambak udang.

Tidak hanya penyakit IHHNV, Tim Sains DELOS juga berpengalaman dalam penanganan berbagai penyakit lainnya. Seperti white feces dan penyakit Myo. Jadi, tak perlu ragu dan segera hubungi DELOS melalui contact@delosaqua.com atau melalui kolom kontak dan WhatsApp di website kami www.delosaqua.comuntuk dapatkan solusi atas masalah penyakit udangmu!

Read More
08Jun
Penyakit Udang

Kenali 7 Ciri-Ciri Penyakit AHPND Pada Udang Vaname Sebelum Terlambat

Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease atau dikenal juga sebagai penyakit AHPND pada udang vaname menjadi salah satu permasalahan yang sering dihadapi para petambak. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian massal yang berakibat pada kerugian besar dan gagal panen.

Penyakit nekrosis hepatopankreas akut (AHPND) berasal dari infeksi bakteri dengan strain Vibrio parahaemolyticus (V p AHPND). Penyakit ini juga dikenal dengan sindrom kematian dini (EMS) yang dapat menyebabkan produktivitas tambak menurun hingga 60% dan mengakibatkan kerugian yang cukp besar.

Agar tidak terlambat dalam melakukan mitigasi jika terserang penyakit AHPND ini, petambak harus mengetahui apa saja ciri-cirinya. Berikut kami rangkum beberapa ciri-ciri penyakit Accute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) yang dapat anda jadikan acuan.

Baca Juga: Probiotik Udang Vaname dan Manfaatnya untuk Budidaya

Apa Itu Penyakit AHPND?

Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease atau penyakit AHPND pada udang vaname merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dengan strain Vibrio parahaemolyticus (Vp AHPND).

Penyakit AHPND pertama kali muncul di Tiongkok pada tahun 2009 dan kemudian menyebar ke Vietnam pada tahun 2010, Malaysia pada tahun 2011, Thailand pada tahun 2012, Meksiko pada tahun 2013, Filipina pada tahun 2015, dan Amerika Selatan pada tahun 2016.

Akibat dari merebaknya penyakit AHPND pada udang vaname di negara-negara tersebut, produksi udang menurun hingga 60% dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar.

Tak hanya menyerang udang vaname, penyakit AHPND juga menyerang spesies udang lain seperti P. monodon (udang windu), M. rosenbergii M. rosenbergii (udang galah), dan jenis krustasea lainnya.

Biasanya, udang pada fase awal kehidupan lebih rentan terhadap infeksi penyakit AHPND. Lebih lanjut, AHPND menyerang kelenjar pencernaan (hepatopancreas) dan mersak sel hepatopancreatic R (resorptive), B (blister), F(fibrillar), dan E (embrionik) yang mengakibatkan disfungsi organ hingga terjadi kematian masif.

Baca Juga: Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Ciri-Ciri Penyakit AHPND pada Udang

Udang vaname yang terinfeksi penyakit AHPND biasanya terlihat lesu dan menunjukkan perilaku berenang yang cenderung tidak normal. Selain hal tersebut, berikut adalah ciri-ciri lain saat udang telah terinfeksi Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease.

1. Menginfeksi Pada Fase Awal Kehidupan Udang

Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease pada udang vaname menginfeksi pada fase awal budidaya, tepatnya sejak hari ke-1 hingga ke-35 budidaya. Biasanya hal ini akan diikuti dengan kematian massal hingga 100% dari udang yang ditebar.

2. Udang Menjadi Tidak Nafsu Makan

Penyakit AHPND menyebabkan udang menjadi tidak nafsu makan hingga menunjukkan gejala anoreksia. Lebih lanjut, gejala ini diikuti dengan kosongnya saluran pencernaan dan hilangnya pigmentasi jaringan.

3. Pertumbuhan Udang Melambat

Udang yang tidak nafsu makan sebagai akibat dari infeksi AHPND secara tidak langsung juga memicu pertumbuhan udang yang menjadi lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan udang dipengaruhi secara langsung oleh makanan yang dikonsumsi.

4. Saluran Pencernaan Menjadi Kosong

Udang yang telah teinfeksi penyakit AHPND menunjukkan kondisi pencernaan yang kosong. Sebab, penyakit ini menyerang pencernaan udang secara langsung.

5. Hepatopankreas Menjadi Pucat

Saat terinfeksi penyakit AHPND, pada awal infeksi, jaringan hepatopankreas udang vaname akan mengalami kerapuhan. Kemudian seiring berkembangnya penyakit, jaringan ini akan menjadi pucat dan keras.

6. Munculnya Bintik Hitam pada Hepatopankreas

Setelah menjadi pucat dan keras, fase berikutnya akan memunculkan bintik atau garis-garis halur berwarna hitam pada hepatopankreas. Bintik hitam ini menunjukkan adanya melanisasi fokus pada sel tubular hepatopankreas.

7. Tingkat Kematian Tinggi

Tingkat kematian akibat penyakit AHPND pada udang vaname mencapai 100% di sebagian besar negara. Namun, di beberapa negara lain menunjukkan sebaliknya, yaitu tingkat kematian yang rendah.

Perbedaan toleransi tingkat kematian ini disebabkan karena wilayah dengan tingkat kematian rendah telah memiliki riwayat penyakit serupa sebelumnya. Hal ini membuat sistem kekebalan tubuh udang vaname menjadi lebih baik dibanding dengan wilayah lainnya.

Cara Mengatasi Penyakit AHPND pada Udang

Hingga saat ini pengobatan untuk penyakit AHPND pada udang vaname belum diketahui secara pasti. Namun, para petambak dapat melakukan langkah-langkah pencegahannya dalam pengelolaan tambak, misalnya dengan aerasi, pemberian pakan yang sesuai, dan menjaga kualitas air tambak.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen pada udang vaname umumnya dikendalikan dengan menggunakan strategi pengelolaan yang tepat, antara lain dengan suplementasi imunostimulan, prebiotik, probiotik, menjaga kualitas air dan pakan, serta menjaga aerasi kolam tambak.

Namun, pengendalian ini tidak serta-merta mampu menghentikan penyebaran penyakit ketika udang vaname telah terserang Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease. Pendekatan konvensional seperti dengan menghentikan pemberian pakan atau memberikan desinfektan dapat menjadi jalan keluar lain, meskipun tingkat keberhasilannya juga tergolong rendah.

Baca Juga: Kenali Covert Mortality Nodavirus (CMNV) yang Dapat Menyerang Udang Vaname

Cegah Penyakit AHPND pada Udang Vaname bersama DELOS!

Hingga saat ini Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease atau penyakit AHPND pada udang vaname masih belum diketahui cara penanggulangannya. Namun, petambak dapat melakukan pencegahan sejak dini, yaitu dengan melakukan pengelolaan tambak yang tepat.

Oleh karena itu DELOS memiliki Farm Management yang dapat membantu anda dalam mengelola tambak udang sesuai dengan standar internasional.

Bersama dengan tim sains dan tim operasional yang andal dan berpengalaman selama bertahun-tahun, DELOS siap membantumu dalam membantu dalam mengelola tambak udang termasuk melakukan mitigasi jika terdeteksi adanya penyakit pada tambak udang milikmu.

Untuk menjadi bagian dari DELOS, anda dapat menghubungi contact@delosaqua.com atau ajukan pertanyaan melalui kolom kontak pada website kam www.delosaqua.com. Percayakan manajemen tambakmu pada DELOS!

Read More
05Jun
Penyakit Udang

Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Penyakit Myo pada udang vaname dikenal juga dengan sebutan penyakit IMNV. Penyakit ini disebabkan oleh virus Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) yang merusak jaringan otot pada udang. Akibatnya jaringan tubuh hingga ekor udang mati dan warnanya menjadi memerah.

Penyakit Myo pertama kali ditemukan di Brazil pada tahun 2002. Penyakit ini tergolong sebagai penyakit yang ganas dan mematikan pada udang vaname dengan angka kematian massal mencapai 70% dari total udang yang ditebar di kolam tambak.

Sementara di Indonesia, penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 2006, tepatnya di salah satu tambak yang berada di Kabupaten Situbondo. Sejak saat itu, terus dilakukan penelitian terkait penyakit udang ini.

Lantas seperti apa sebenarnya penyakit Myo IMNV pada udang vaname ini dan bagaimana ciri-cirinya? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: 7 Cara Mudah Budidaya Udang Vaname untuk Pemula

Apa Itu Penyakit Myo Pada Udang Vaname?

Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) atau yang lebih dikenal dengan penyakit myo adalah virus yang menyerang udang vaname dan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat kematian massal.

Virus IMNV dapat menginfeksi semua tahap kehidupan udang, termasuk post larva, juvenil, hingga udang dewasa. Namun, kematian lebih banyak ditemui saat tahap udang muda hingga udang dewasa.

Sementara itu, penularan virus ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu secara horizontal dan secara vertikal. Perilaku kanibalisme pada udang yang terinfeksi dapat menjadi cara penularan penyakit ini secara horizontal. Sementara secara vertikal, virus ini dapat ditularkan induk ke benur yang dihasilkannya.

Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memulai Bisnis Tambak Udang

Ciri-Ciri Udang Vaname Terserang IMNV

1. Tubuh Udang Menjadi Pucat

myo disease in vannamei shrimp
Sumber: Vijayapoopathi, et.al., 2020. diakses melalui researchgate.net

Tubuh udang vaname yang terserang penyakit myo lama-kelamaan akan berubah menjadi pucat. Sementara pada udang yang sehat dan normal, warna tubuhnya cenderung transparan.

2. Warna Otot Menjadi Putih

Otot pada udang vaname akan berubah menjadi putih seperti susu. Perubahan warna ini juga bisa dilihat dari segmen-segmen tubuh dari udang yang terserang penyakit IMNV.

3. Bagian Ruas Bawah Sampai Ekor Udang Memerah

penyakit imnv pada udang vaname
Sumber: onlinelibrary.wiley.com

Ciri-ciri udang vaname terserang IMNV yang paling mudah dikenali adalah bagian ruas bawah sampai ekor udang memerah mirip dengan udang yang telah dimasak. Hal ini disebabkan karena semua jaringan yang ada di dalamnya telah mati.

Baca Juga: Jenis-Jenis Pakan Udang Vaname yang Baik Agar Udang Cepat Besar

Cari Tahu Tentang Penyakit Myo dan Cara Penanganannya bersama DELOS!

Penyakit myo atau IMNV pada udang vaname menjadi salah satu penyakit yang sangat merugikan bagi para petambak. Pasalnya, penyakit ini dapat menyebabkan kematian massal pada udang yang sudah terinfeksi.

Saat timbul gejala atau muncul ciri-ciri udang terserang penyakit myo, sebaiknya kamu segera menghubungi atau mengonsultasikannya dengan orang-orang yang telah ahli di bidang penanganan penyakit udang vaname ini.

Namun, jika kamu masih belum mengetahui ke mana kamu harus berkonsultasi, DELOS hadir dan siap untuk membantumu menanggulanginya. Dengan tim sains berdedikasi yang DELOS miliki, kami siap untuk membantumu dalam mitigasi jika terdeteksi adanya penyakit pada tambak udang milikmu.

Tak hanya penyakit myo pada udang vaname, Tim Sains DELOS juga berpengalaman dalam penanganan berbagai penyakit lainnya. Seperti white feces dan IHHNV. Jadi, tak perlu ragu dan segera hubungi DELOS contact@delosaqua.com atau melalui kolom kontak yang ada di website kami www.delosaqua.com untuk mendapatkan solusi atas masalah penyakit udangmu!

Read More
09Mar
Penyakit Udang

Mengenal Taura Syndrome Virus (TSV) Pada Udang Vaname

Taura Syndrome Virus (TSV) adalah penyakit yang sangat menular dan mempengaruhi budidaya udang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian hingga 40-90% pada stadia post larvae dan juvenile.

Virus Taura Syndrome pertama kali diidentifikasi pada tahun 1992 saat terjadi wabah yang menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar di Ekuador. Sejak saat itu, penyakit TSV menjadi perhatian utama dalam industri akuakultur.

Lantas, bagaimana tanda-tanda udang terserang penyakit Taura Syndrome Virus (TSV) dan bagaimana cara pengobatannya? Yuk, cari tahu selengkapnya dalam artikel ini.

Baca Juga: 7 Jenis Penyakit Udang yang Sering Terjadi Selama Budidaya

Apa Itu TSV?

Taura Syndrom Virus (TSV) adalah penyakit pada udang vaname yang disebabkan oleh virus menular yang mempengaruhi budidaya udang di berbagai belahan dunia. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini pertama kali muncul di Ekuador pada tahun 1992. Namun, kemudian menyebar ke wilayah Asia melalui impor benur dan induk yang telah terinfeksi.

TSV digolongkan sebagai virus kecil yang berbentuk icosahedral yang termasuk ke dalam keluarga virus yang disebut Dicistroviridae. Virus ini memiliki genom RNA beruntai tunggal sekitar 10 kilobase.

Virus Taura Syndrom menginfeksi hepatopankreas, kelenjar pencernaan udang, dan menyebabkan nekrosis parah yang berdampak pada matinya fungsi organ. Virus ini juga dapat menyebabkan perubahan warna insang, kelesuan, dan kematian massal.

Penularan Taura Syndrome Virus

Taura Syndrome Virus (TSV) ditularkan melalui air, udang yang terinfeksi, dan peralatan yang telah terkontaminasi. Virus ini juga dapat ditularkan secara vertikal dari induk yang terinfeksi ke benur yang dihasilkan.

Selain itu, udang yang pernah terinfeksi TSV juga masih dapat menjadi pembawa virus seumur hidupnya. Burung yang bermigrasi, serangga air, dan manusia juga dapat menjadi jalan untuk transmisi virus ini.

Bahkan, Taura Syndrome Virus juga dapat menginfeksi melalui kotoran burung camar laut yang sebelumnya memakan udang yang terinfeksi virus ini.

Gejala TSV Pada Udang Vaname

Udang vaname yang terserang penyakit TSV biasanya menunjukkan lebih dari satu gejala. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terjadi:

  1. Udang menjadi lesu
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Udang berkumpul di tepi kolam saat hampir mati
  4. Tingkat kematian tinggi dan mendadak pada udang fase post larva dan juvenil.
  5. Perut udang kosong dan tubuh udang berwarna merah pucat
  6. Kipas ekor dan pleopod udang berwarna merah
  7. Cangkang udang melunak
  8. Terdapat bercak gelap yang terdistribusi secara acak pada kutikula udang

Baca Juga: Kenali 7 Ciri-Ciri Penyakit AHPND Pada Udang Vaname Sebelum Terlambat

Cara Mendeteksi Penyakit TSV

Pendeteksian penyakit Taura Syndrom Virus (TSV) dapat dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction), gross patologi, in situ hybridasai, dan bioassay. Namun, pendeteksian dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode yang paling akurat yang dapat dilakukan.

Pemeriksaan dengan metode PCR terdiri dari tiga tahap, yaitu ekstrasi DNA/RNA sampel untuk penyediaan cetakan, amplifikasi DNA/RNA dengan bantuan mesin PCR (thermocycler) dan analisa hasil amplifikasi dengan elektroforesis, pewarnaan DNA/RNA dan dokumentasi dengan kamera polaroid.

Kontrol dan Pengobatan

Hingga saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia untuk mencegah penularan penyakit TSV ini. Tindakan pencegahan yang dapat petambak lakukan saat ini adalah dengan mengendalikan penyebarannya.

Salah satu tindakan pencegahan yang paling efektif adalah memastikan penggunaan indukan dan benur yang bebas dari Taura Syndrom Virus (TSV). Selain itu, pengujian populasi udang secara teratur dan tindakan biosekuriti yang ketat juga dapat membantu mengurangi risiko infeksi.

Baca Juga: Kenali Covert Mortality Nodavirus (CMNV) yang Dapat Menyerang Udang Vaname

Atasi Penyakit TSV pada Udang Vaname Bersama DELOS!

Penyakit Taura Syndrome Virus (TSV) menjadi ancaman signifikan bagi industri budidaya udang vaname di seluruh dunia. Memahami bagaimana gejala dan cara pendeteksian penyakit ini sangat penting untuk dilakukan para petambak untuk mencegah kerugian yang tinggi.

Untuk Anda yang khawatir budidaya udang vaname yang Anda lakukan terserang penyakit TSV, Anda dapat melakukan pencegahan sejak dini dengan melakukan persiapan dan pengelolaan tambak yang tepat bersama DELOS.

DELOS memiliki Farm Management yang dapat membantu Anda dalam mengelola tambak udang sesuai dengan standar internasional.

Bersama dengan tim sains dan operasional yang andal dan berpengalaman selama bertahun-tahun, DELOS siap membantu Anda dalam mengelola tambak udang, termasuk melakukan mitigasi jika terdeteksi adanya penyakit pada tambak udang Anda.

Untuk menjadi bagian dari DELOS, Anda dapat menghubungi contact@delosaqua.com atau ajukan pertanyaan melalui kolom kontak anda pada website kami di www.delosaqua.com. Percayakan manajemen tambak udang Anda pada DELOS!

 

———-

Sumber:

Surfianti, dkk. 2010. Deteksi Penyakit TSV (Taura Syndrome Virus) secara PCR pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Berbagai Ekstrasi, Suhu dan Waktu Penyimpanan. Hamera Zoa – Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia Volume II Nomor 1, Desember 2010.

Susanti, E. 2016. Identeksi Virus TSV (Taura Syndrome Virus) pada Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) di Kabupaten Mempawah Hilir dengan Metode PCR (Polymerase Chain Reuction). Skripsi. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Koesharyani, dkk. 2015. Sebaran Infeksi Taura Syndrome, Infectious Myonecrosis, dan Panaeus vannamei Nervous Virus (TSV, IMNV, dan PvNV) pada Budidaya Udang Litopenaeus vannamei di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Department of Agriculture, Water, and the Environment of Australia. 2020. Infection with Taura Syndrome Virus (TSV).

Read More
  • 1
  • 2
logotype

PT DELOS Teknologi Maritim Jaya

Plaza Kuningan, Menara Utara, Lantai 8, 
Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, 12920
021-2526383


www.delosaqua.com contact@delosaqua.com

Siapa Kami

Jasa

Solusi

Prestasi

Berita

Kontak

LEADING THE BLUE REVOLUTION

Back To Top