logotype
  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
logotype
  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
logotype

logotype

  • Siapa Kami
  • Jasa
  • Solusi
  • Ekspor
  • Prestasi
  • Berita
  • Kontak
  • ID
    • EN
Februari 2024
Home 2024 Februari
06Feb
Penyakit Udang

11 Jenis Penyakit Udang yang Sering Terjadi Selama Budidaya

Penyakit udang menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan yang harus diatasi selama budidaya. Terlebih lagi, penyakit-penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian massal yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dan penurunan produksi.

Jenis penyakit udang disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi. Mulai dari patogen, kondisi lingkungan yang buruk, manajemen pengelolaan tambak yang buruk, hingga udang menjadi carrier dari udang yang sebelumnya telah terjangkit penyakit.

Lantas, apa saja jenis penyakit udang yang seringkali ditemui saat budidaya? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Kenali Ancaman Nitrit pada Tambak Udang dan Cara Mengatasinya

Faktor Penyebab Penyakit Udang Vaname

1. Patogen

Penyebab penyakit udang vaname yang paling umum ditemui adalah virus, bakteri, jamur, dan parasit. Beberapa contoh penyakit pada udang yang disebabkan oleh patogen di antaranya adalah White Spot Syndrom Virus (WSSV), Early Mortality Syndrom (EMS), Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), Taura Syndrom Virus (TSV), dan Vibriosis.

Penyebaran penyakit akibat patogen pada udang ini dapat ditularkan melalui air, pakan, atau peralatan yang terkontaminasi dan dapat menyebar dengan cepat di dalam tambak.

2. Kondisi Lingkungan yang Buruk

Kondisi lingkungan secara langsung juga menjadi faktor penyebab terjadinya wabah penyakit pada udang. Kualitas air yang buruk, tingkat polutan yang tinggi, dan oksigen terlarut yang rendah dapat membuat udang lebih rentan terhadap serangan penyakit.

Tak hanya itu, kondisi stres seperti perubahan suhu atau salinitas yang drastis dan tiba-tiba juga dapat meningkatkan risiko udang terserang penyakit.

3. Praktik Manajemen Pengelolaan Tambak yang Buruk

Manajemen pengelolaan tambak yang buruk menjadi faktor pemicu munculnya penyakit udang yang selanjutnya. Manajemen pengelolaan ini termasuk di dalamnya manajemen pakan, manajemen kualitas air, manajemen kesehatan udang, manajemen limbah budaya dan biosekuriti.

Keseluruhan manajemen pengelolaan tambak ini harus bersinergi dan dipraktikkan dengan baik. Sebab, apabila da salah satu saja yang kurang, akan berdampak langsung pada udang sekaligus meningkatkan potensi udang terserang penyakit.

4. Impor Udang yang Sudah Terinfeksi

Indonesia banyak mengambil benur udang dari negara lain, misalnya Amerika Serikat. Namun, sebelum benur yang diimpor ini dibudidayakan, terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan kualitas benur untuk memastikan benur tidak terserang penyakit atau menjadi carier.

Benur impor yang sudah terlanjur terinfeksi dapat menjadi carier untuk benur-benur lain di dalam kolam yang sama. Hal ini membuat penyebaran penyakit menjadi lebih cepat dan masif.

Baca Juga: Kenali Covert Mortality Nodavirus (CMNV) yang Dapat Menyerang Udang Vaname

Types of Shrimp Diseases That Often Infect

1. White Spot Syndrom Virus (WSS)

White spote disease atau penyakit bintik putih adalah salah satu penyakit pada udang vaname yang sangat menular dan mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang berasal dari kelompok krustasea. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat memicu infeksi penyakit bintik putih.

Gejala awal penyakit bintik putih terlihat dari munculnya bintik putih yang disertai kemerahan pada tubuh udang. Lama-kelamaan, udang yang terserang penyakit ini akan meninggal secara perlahan. Sebab, penyakit ini menyebabkan udang kehilangan nafsu makan dan lama-kelamaan akan mati.

2. Early Mortality Syndrom (EMS)

Early Mortality Syndrome (EMS), also known as Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), is a disease that attacks pond shrimp and is characterized by sudden death, loss of appetite, and abnormal swimming behaviour.

Jenis penyakit udang ini menjadi yang paling menakutkan bagi para petambak. Pasalnya, tingkat kematian akibat dari penyakit EMS bisa mencapai hingga 100% dari populasi.

3. Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)

Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus merupakan jenis penyakit udang yang disebabkan oleh virus yang mengakibatkan udang mengalami kecacatan di bagian perut dan moncong.

Shrimp infected with IHHNV will show signs of swimming behaviour to the surface of the water, then remain motionless and eventually sink to the bottom of the pond. This behavior will continue until the shrimp die.

4. Taura Syndrom Virus (TSV)

Taura Syndrom Virus merupakan jenis penyakit udang yang pertama kali muncul di Sungai Taura, Ecuador. Sementara itu transmisinya dapat terjadi melalui air dan kontak langsung antar udang atau krustasea lainnya yang menjadi carrier dari virus TSV.

Hingga saat ini penyakit udang Taura Syndrom Virus penyebarannya hanya di wilayah Colombia, Peru, Brazil, Hawaii, Texas, dan Florida. Sementara di Asia belum terdeteksi adanya udang yang terjangkit virus ini.

5. Vibriosis

Vibriosis adalah jenis penyakit udang yang disebabkan oleh serangan dari bakteri Vibrio sp. Saat udang terinfeksi penyakit vibriosis, akan muncul gejala berupa kulit udang yang menjadi tipis, terdapat luka hitam di tubuh, dan ditemukannya anggota tubuh udang yang tidak lengkap.

Penyakit vibriosis tak kalah mematikan dari jenis penyakit lainnya yang ditemui pada udang. Bahkan, tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mencapai 85% dari populasi.

6. White Feces Disease

White Feces Disease atau yang disebut juga sebagai penyakit berak putih pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 2014. Jenis penyakit ini menyebabkan kematian hingga 40% dari total populasi tambak intensif udang vannamei.

Gejala yang ditimbulkan oleh udang yang terserang White Feces Disease ini meliputi penurunan nafsu makan, usus udang mengalami perubahan warna menjadi putih, dan bahkan terlihat kosong karena kurangnya asupan makanan, pertumbuhan udang yang tidak normal, dan terdapat kotoran yang melayang di permukaan air.

7. Infectious Myonecrosis Virus (Myo/IMNV)

Infectious Myobecrosis Virus (IMNV) atau Myo pada udang vaname merupakan jenis penyakit udang yang dapat menyebabkan kematian massal. Gejala udang terinfeksi penyakit ini adalah memerahnya bagian ruas bawah sampai ekor udang. Kemudian secara perlahan, udang akan mati dan tenggelam di dasar tambak.

Penyakit Myo disebabkan oleh virus jenis RNA (Ribonuclereic Acid) dan tergolong ganas karena menyebabkan kematian massl dalam waktu yang singkat pada saat udang berumur 60-80 hari.

8. Insang Hitam

Penyakit insang hitam apda udang vaname disebabkan oleh genus Fusarium atau jamur. Selain jamur, Ciliates juga dapat menyebabkan sindrom insang hitam atau black gill.

Insang hitam menyebabkan insang yang berwarna normal menjadi gelap sebagai respons terhadap keberadan ciliates yang menjadi agen penyebab utama melanisasi insang dan mengakibatkan kerusakan pada permukaan alat pernapasan.

Warna insang udang normal berwarna putih kusam. Pada tahap awal penyakit insang hitam, terjadi bercak hitam pada insang. Tanda eksternal uang yang terinfeksi parah menunjukkan insang berwarna hitam bila dibandingkan dengan yang normal.

Seluruh insang menjadi berwarna hitam, dan beberapa di antaranya berwarna coklat, yang merupakan tahap awal infeksi insang hitam. Lamela insang udang yang terinfeksi insang hitam menunjukkan adanya spora jamur.

9. Bintik Hitam

Di tubuh udang dapat terbentuk bintik-bintik berwarna hitam yang dikenal sebagai black spot. Karapas udang biasanya berwarna coklat dan dapat menunjukkan bercak atau bintik hitam. Bintik hitam ini biasanya muncul setelah udang dipanen, menjadi tanda penurunan kualitas udang.

Penyebabnya adalah bakteri bernama Vibrio anguillarum, yang berkembang di perairan asin pada suhu antara 25 hingga 32 derajat Celsius. Bakteri ini umumnya ditemukan di lingkungan tambak dan tidak menyebabkan penyakit jika konsentrasinya tetap terkendali.

Namun, bakteri Vibrio dapat menjadi berbahaya ketika kualitas air di tambak memburuk, terutama karena penumpukan sisa pakan organik di dasar tambak. Penurunan kualitas tambak dapat memicu pertumbuhan bakteri Vibrio. Selain itu, sinar matahari yang langsung mengenai udang pasca panen juga dapat mempercepat munculnya bintik hitam pada udang.

Untuk mencegah hal ini, para pembudidaya dapat membersihkan secara rutin dasar tambak dari kotoran, termasuk sisa pakan dan sisa moulting. Mereka juga harus menjaga kualitas air dengan memperhatikan jumlah plankton, meningkatkan oksigen terlarut, memberikan mineral yang cukup, dan mengelola pemberian pakan agar tidak terjadi overfeeding yang dapat membuat dasar tambak menjadi kotor.

10. Kepala Kuning

Penyakit kepala kuning meningkatkan tingkat kematian hingga 100% dalam rentang waktu 3 hingga 5 hari setelah terinfeksi. Faktor pemicunya adalah perubahan pH dan DO yang tiba-tiba. Gejala klinis biasanya timbul setelah 2-4 hari terinfeksi, dengan kematian terjadi dalam 3 hingga 5 hari.

Like WSSV disease, this disease is classified as a category C-1 pathogenic virus. Clinical symptoms of the yellow head disease include increased shrimp appetite followed by a drastic decrease until the late stages of the disease, changes in the colour of the shrimp tail to reddish with a yellowish head, and paleness or brownish colouration in the gills.

Tanda-tanda ini mungkin tidak selalu terlihat pada udang yang terinfeksi, oleh karena itu, diagnosa yang akurat memerlukan pewarnaan insang dan pemeriksaan hemolimfa, serta dapat dikonfirmasi lebih lanjut melalui RT-PCR.

11. Enterocyotozoon hepatopenaei (EHP)

Enterocytozoon hepatopenasei (EHP), atau dikenal juga sebagai penyakit EHP pada udang, merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit microsporidia. Parasit ini mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat.

Penyakit EHP pada udang pertama kali terdeteksi pada tahun 2004 di Thailand pada udang windu yang dibudidayakan. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2015.

Meskipun penyakit EHP tidak secara langsung menyebabkan kematian pada udang, namun dampaknya terasa melalui penurunan laju pertumbuhan udang selama masa budidaya. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan ukuran udang yang signifikan dalam satu kolam budidaya.

Baca Juga: Ketahui Penyakit Myo Pada Udang Vaname beserta Ciri-Cirinya

Kelola Tambak Udang Bebas Penyakit Bersama DELOS!

Berbagai jenis penyakit udang dapat menyebabkan kematian massal yang berdampak pada kerugian produksi yang harus diderita oleh petambak. Di sini lah manajemen operasional tambak yang baik memegang peran kunci dalam pencegahan maupun mitigasi.

Namun, anda tak perlu khawatir sebab DELOS hadir untuk membantu anda mengelola tambak udang yang anda miliki. DELOS merupakan perusahaan aqua-tech berbasis sains, teknologi, dan manajemen operasional terbaik ydengan tim yang terdiri dari top 99 terbaik di Indonesia.

DELOS pond management is also integrated with AquaHero, making it easier for farm owners and farm personnel to monitor the condition of shrimp ponds every day in real-time based on uploaded data.

To connect with the DELOS Team, you only need to send an email via contact@delosaqua.com or submit your questions via our website contact column at www.delosaqua.com. Choose DELOS to accompany your shrimp farming!

Read More
02Feb
AquacultureKualitas Air

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengganti Air Tambak Udang?

Mengganti air tambak udang merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah kualitas air yang dihadapi saat budidaya. Air tambak sebaiknya diganti ketika kualitasnya menurun atau terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan hal tersebut dilakukan.

Pada dasarnya, kualitas air berperan penting dalam kesuksesan budidaya. Untuk itu, para petambak harus selalu memantau bagaimana kondisi dan kualitas air tambak mereka agar udang dapat tumbuh optimal.

Lantas, kapan waktu yang tepat untuk mengganti air tambak udang? Temukan jawabannya dalam artikel berikut ini!

Baca Juga: Parameter Kualitas Air di Tambak Udang

Tujuan Penggantian Air Tambak Saat Budidaya

1. Mengatur Suhu Air

Penggantian air membantu dalam mengatur suhu air tambak, terutama pada kondisi cuaca ekstrem. Hal ini penting untuk menjaga suhu air dalam kisaran yang optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan udang.

2. Mencegah Kenaikan Salinitas pada Musim Kemarau

Penggantian air menjadi strategi penting untuk mencegah kenaikan salinitas yang berlebihan, terutama pada musim kemarau. Salinitas yang tinggi dapat merugikan kesehatan udang dan mengurangi produktivitas tambak.

3. Meningkatkan Konsentrasi DO (Dissolved Oxygen)

Proses penggantian air membantu meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam tambak. Ketersediaan oksigen yang cukup sangat vital untuk proses metabolisme udang dan mencegah kondisi hipoksia.

4. Membuang Kelebihan Fitoplankton

Penggantian air membantu mengontrol populasi fitoplankton dalam tambak. Kelebihan fitoplankton dapat menyebabkan kondisi air yang tidak stabil dan dapat berdampak negatif pada kesehatan udang.

5. Mengurangi Konsentrasi Nutrien

Proses penggantian air membantu mengurangi konsentrasi nutrien dalam tambak. Nutrien yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan alga dan dapat menjadi sumber masalah ekologis dalam tambak.

6. Menurunkan Konsentrasi Amonia, Nitrat, atau Nitrit

Penggantian air berperan dalam mengurangi konsentrasi zat-zat berbahaya seperti amonia, nitrat, atau nitrit. Konsentrasi yang tinggi dapat merugikan kesehatan udang dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

7. Membuang Sisa Metabolisme

Penggantian air membantu dalam menghilangkan sisa metabolisme udang yang terakumulasi di dalam tambak. Hal ini mencegah terjadinya penumpukan zat-zat yang dapat merugikan.

8. Mengganti Kehilangan Air karena Penguapan atau Kebocoran

Selain untuk menjaga kualitas air, penggantian air juga berfungsi untuk mengganti kehilangan air yang disebabkan oleh penguapan alami atau kebocoran. Hal ini membantu menjaga volume air tambak agar tetap stabil.

Baca Juga: Pengaplikasian Biosecurity yang Tepat untuk Tambak Udang

Waktu Mengganti Air Tambak Udang yang Tepat

Sebelum mengganti air tambak, penting bagi Anda untuk memahami bahwa proses ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Beberapa ciri-ciri waktu yang tepat untuk melakukan penggantian air tambak di antaranya:

1. Terjadinya Peningkatan pH Air > 0,5 atau di Atas Batas yang Ditentukan

Perubahan signifikan pada tingkat pH air dapat menjadi indikasi bahwa air tambak perlu diganti. Kenaikan pH yang lebih dari 0,5 dari batas normal menandakan ketidakstabilan yang dapat merugikan udang.

2. Perubahan Warna Air

Perubahan warna air menjadi jernih dengan kecerahan lebih dari 80 cm atau sebaliknya, menjadi lebih keruh dengan kecerahan kurang dari 30 cm, dapat menjadi tanda bahwa kualitas air tambak perlu diperbaiki melalui penggantian air.

3. Tingginya Bahan Organik dalam Air Tambak

Akumulasi bahan organik dalam air tambak dapat mempengaruhi kualitas air. Jika terdapat peningkatan yang signifikan, penggantian air dapat membantu mengurangi beban bahan organik di dalam tambak.

4. Menurunnya Nafsu Makan Udang

Jika terjadi penurunan nafsu makan udang, hal ini dapat menjadi tanda stres atau masalah kesehatan. Penggantian air dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi udang untuk meningkatkan nafsu makan mereka.

5. Terjadinya Blooming Plankton

Blooming plankton yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan signifikan pada kualitas air. Penggantian air dapat membantu mengontrol populasi plankton dan mencegah masalah yang mungkin timbul.

6. Mortalitas Udang Meningkat

Jika terjadi peningkatan mortalitas udang tanpa penyebab yang jelas, hal ini dapat menjadi tanda bahwa kondisi air tambak perlu dievaluasi dan mungkin perlu dilakukan penggantian air.

7. Banyaknya Endapan di Dasar Tambak

Endapan di dasar tambak yang berlebihan dapat menjadi indikator bahwa air tambak perlu diganti. Penggantian air membantu mengurangi tingkat endapan dan menjaga kebersihan dasar tambak.

8. Kandungan Vibrio yang Cukup Tinggi

Tingginya kandungan bakteri Vibrio dalam air tambak dapat menjadi tanda potensi masalah kesehatan udang. Penggantian air dapat membantu mengurangi jumlah bakteri patogen dalam tambak.

Baca Juga: Cara Tebar Benur Udang Vaname yang Benar dan Lengkap!

Catat dan Pantau Kualitas Air Tambak Anda dengan AquaHero!

Pergantian air tambak udang tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Untuk itu, petambak harus memperhatikan waktu dan tata cara penggantian air tersebut agar kualitas hidup udang yang sedang dibudidayakan tidak terganggu selama proses berlangsung.

Untuk mengetahui kapan air tambak Anda harus diganti, Anda dapat melakukan pemantauan kualitas air tambak Anda dengan AquaHero!

AquaHero merupakan aplikasi yang dikembangkan DELOS untuk memudahkan Anda memantau kondisi tambak setiap harinya. Mulai dari kualitas air, pertumbuhan udang, rekomendasi tindakan, hingga estimasi BEP (break even point) saat budidaya.

Segera hubungi Tim DELOS melalui contact@delosaqua.com atau submit melalui kolom kontak website kami di www.delosaqua.com untuk dapat mencoba fitur-fitur AquaHero dan menjadikan budidaya udang vaname Anda lebih mudah dan traceable. Pilih AquaHero untuk catat dan pantau kualitas air tambak Anda!

Read More
  • 1
  • 2
logotype

PT DELOS Teknologi Maritim Jaya

Plaza Kuningan, Menara Utara, Lantai 8, 
Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, 12920
021-2526383


www.delosaqua.com contact@delosaqua.com

Siapa Kami

Jasa

Solusi

Prestasi

Berita

Kontak

LEADING THE BLUE REVOLUTION

Back To Top