Konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan sebuah metode sistematis berbasis sains dari sistem manajemen risiko yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko bahasa keamanan pangan. Indonesia telah menerapkan sistem pembinaan mutu udang ekspor dengan Program Manajemen Mutu Terpadu yang pada hakekatnya merupakan bentuk pengaplikasian konsep HACCP yang telah disesuaikan dengan kondisi pengolahan di Indonesia.
Sebagai salah satu komoditas perikanan terbesar, udang Indonesia memiliki permintaan tinggi di pasar Internasional. Ekspor udang menjadi salah satu sumber pendapatan yang signifikan untuk negara. Namun, untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar, penting bagi produsen dan pelaku industri untuk menjag amutunya dengan baik. Salah satu pendekatan yang efektif dalam pengendalian mutu adalah melalui penerapan konsep Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
Lantas, bagaimana pengendalian mutu ekspor udang vaname dengan konsep HACCP? Selengkapnya baca dalam artikel berikut ini.
Baca Juga: Penerapan Ketertelusuran pada Produk Ekspor Udang Vaname
Apa itu HACCP?
HACCP merupakan suatu sistem manajemen mutu yang didasarkan pada identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian titik-titik kritis dalam proses produksi. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh NASA pada tahun 1950-an untuk memastikan keamanan pangan bagi astronot. Sejak itu, HACCP telah menjadi standar internasional dalam industri pangan, termasuk industri perikanan.
Dengan memenuhi persyaratan dalam penanganan maupun pengolahan berdasarkan konsep HACCP, diharapkan hasil pengolahan udang Indonesia dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan baik secara nasional maupun internasional.
Dalam ekspor udang vaname, kontinuitas mutu produk sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan negara-negara importir terhadap mutu produk udang Indonesia. Oleh karena itu, produsen udang harus semaksimal mungkin memenuhi keinginan negara importir untuk menjaga kepercayaan dan kontinuitas ekspor yang dilakukan yang pada akhirnya mampu memberikan devisa bagi negara.
Langkah-langkah HACCP dalam Konteks Udang Ekspor
1. Identifikasi Risiko Bahaya
Langkah pertama dalam penerapan HACCP adalah mengidentifikasi semua risiko bahaya yang mungkin terkait dengan setiap tahapan produksi untuk pengendalian mutu udang ekspor. Bahaya-bahaya ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk kontaminasi bakteri, kimia, atau fisik.
Masing-masing potensi bahaya yang teidentifikasi harus dinilai signifikansinya untuk kemudian dilakukan pembahasan mengenai tindakan apa yang harus diterapkan untuk mengendalikan masing-masing potensi bahaya. Terdapat tiga langkah utama yang dilakukan, yaitu: identifikasi semua potensi bahaya, analisis bahaya, dan identifikasi tindakan pengendalian untuk bahaya yang signifikan.
2. Identifikasi Titik Kendali Krisis (CCP) Keamanan Pangan Udang Ekspor
Setelah bahaya diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menetapkan titik-titik kritis kontrol dalam proses produksi. CCP adalah tahapan di mana pengendalian harus diterapkan untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi bahaya menjadi tingkat yang dapat diterima. Tidak ada metodologi khusus dalam penentuan CCP. Seluruhnya bergantung pada bisnis produksi udang dan Tim HACCP untuk menerapkan metodologi mana yang dipilih.
3. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP
Setiap CCP memiliki batas kritis yang harus dipenuhi agar keamanan dan mutu udang ekspor terjaga. Misalnya, suhu penyimpanan udang harus di bawah batas kritis tertentu untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Batas kritis ini harus dapat diukur dan mempunyai kemampuan untuk memantau dan mengukur sesuai dengan waktu riilnya.
4. Pembuatan Sistem Pemantauan
Pemantauan adalah tindakan yang terencana dan terjadwal atau pengamatan pada sebuah titik kendali kritis relatif untuk menetapkan batas kritis. Sistem pemantauan yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa CCP beroperasi sesuai yang diinginkan. Ini melibatkan pengawasan secara teratur dan pengukuran parameter-parameter kritis seperti suhu, kebersihan, dan keasaman yang dilakukan sesuai dengan waktu riilnya.
5. Menetapkan Tindakan Korektif
Developing an HACCP plan for controlling the quality of exported shrimp requires time and resources. However, there will be times when critical limits lose control. When this happens, it is crucial to control the process as quickly as possible and implement predetermined corrective actions.
Corrective actions may include temporarily stopping production, conducting additional sanitation, or adjusting operational parameters.
6. Verification
To increase confidence in the quality control of the export shrimp, several verification activities must be routinely performed to demonstrate that the established plan has been implemented and is working effectively.
Verification processes are carried out to ensure that the HACCP system functions as intended. This involves internal audits, laboratory testing, and continuous monitoring.
7. Documentation
All steps in implementing HACCP must be thoroughly documented. All HACCP procedures for controlling the quality of Indonesian shrimp exports must be documented. This is to ensure that producers can demonstrate effective control over critical safety aspects. Documentation should demonstrate that hazards have been accurately identified and critical limits have been correctly set.
This documentation includes HACCP plans, monitoring records, corrective action records, and all other relevant documents. These records should provide objective evidence that all monitoring, corrective actions, and verification activities have been carried out.
Baca Juga: 7 Strategi Dongkrak Produksi dan Ekspor Udang Vaname Indonesia
Benefits of Implementing HACCP in the Export Shrimp Industry
Implementing the HACCP concept in the export shrimp industry provides several significant benefits, including:
1. Improving Food Safety
By identifying and controlling potential hazards, HACCP helps ensure that exported shrimp are safe for consumption.
2. Enhancing Product Quality
By paying attention to critical points in the production process, HACCP helps maintain the quality of shrimp, such as colour, texture, and taste, which are important for customer satisfaction.
3. Meeting International Standards
Many countries require the implementation of HACCP as a prerequisite for importing fish products. By implementing HACCP, shrimp producers can ensure that their products meet strict international standards.
4. Increasing Market Competitiveness
Shrimp products produced through the HACCP system tend to be more favoured in the international market due to their reputation for safety and quality.
Baca Juga: Sertifikasi HACCP: Prosedur, Syarat, dan Cara Memperolehnya
Support the Increase of Indonesian Shrimp Exports with DELOS!
Implementing the HACCP concept is not only a necessity for shrimp export producers but also a long-term investment in the sustainability of the industry and maintaining the quality control of the export shrimp. By ensuring the safety and quality of products, the shrimp industry can continue to grow and provide significant economic benefits to producing countries.
Let’s support the increase in Indonesian shrimp exports to the global market with DELOS! DELOS, along with shrimp farmers, remains committed to improving the quality of Indonesian shrimp and ensuring sustainable shrimp farming processes.
Contact DELOS at contact@delosaqua.com or visit our website at www.delosaqua.com. Let’s support Indonesian shrimp exports together with DELOS!